Alunan Doa: Kisah di Rumah Sakit

 

Alunan Doa: Kisah di Rumah Sakit

 

Di balik dinding-dinding putih yang sunyi, rumah sakit menyimpan jutaan kisah. Bukan hanya cerita tentang kesakitan dan pengobatan, tetapi juga tentang harapan, keteguhan hati, dan yang paling utama, kekuatan doa. Ini adalah kisah tentang bagaimana lantunan doa menjadi melodi pengiring dalam drama kehidupan yang terjadi di antara aroma antiseptik dan bunyi monitor medis yang konstan.


 

Senyap yang Penuh Harapan

 

Pukul dua dini hari. Lorong Unit Perawatan Intensif (ICU) hening, hanya terdengar langkah pelan perawat yang berjaga. Di salah satu https://www.lekhahospitalpune.com/  kamar, Bapak Ridwan terbaring lemah. Sudah lima hari ia tak sadarkan diri setelah operasi besar. Istrinya, Ibu Kartika, duduk setia di sampingnya. Matanya sembab, namun keteguhan terpancar dari raut wajahnya. Ia tak pernah lelah memegang tangan suaminya, membisikkan kata-kata penyemangat, dan yang paling utama, tak henti-hentinya mengucapkan doa.

Bagi Ibu Kartika, rumah sakit ini bukan hanya tempat pengobatan fisik, tetapi juga medan pertempuran spiritual. Doa-doa yang ia panjatkan terasa seperti perisai yang melindunginya dari keputusasaan. “Ya Tuhan, berikanlah kekuatan pada suamiku. Angkatlah penyakitnya. Biarkan aku yang menanggung sakitnya, asal ia kembali sehat,” bisiknya berulang kali. Alunan doanya bukan hanya kata-kata, tapi adalah getaran jiwa yang menggantung di udara dingin kamar itu.


 

Kekuatan di Dalam Kebersamaan

 

Kisah Bapak Ridwan dan Ibu Kartika hanyalah satu dari sekian banyak. Di bangsal anak, Adik Fajar yang menderita demam berdarah, ditemani oleh sang nenek yang tak pandai membaca, namun hafal betul surah-surah pendek. Neneknya akan duduk di lantai, bersandar pada tembok, dan mulai melantunkan doa dengan suara yang pelan dan bergetar. Alunan itu, meski sederhana, seringkali menjadi obat penenang yang lebih mujarab daripada sirup penurun panas.

Doa di rumah sakit seringkali menjadi aktivitas kolektif. Bukan hanya dari pasien dan keluarganya, tapi juga dari para perawat dan dokter. Mereka, meskipun profesional dan ilmiah, seringkali mengakui adanya faktor non-medis yang turut berperan. Sebuah sapaan tulus, sentuhan lembut di bahu, atau bahkan gumaman doa singkat sebelum tindakan medis, semua itu adalah bentuk afirmasi harapan yang tak terlihat.


 

Keajaiban di Setiap Hela Napas

 

Waktu berjalan lambat di rumah sakit. Setiap perubahan kecil adalah sebuah mukjizat. Detak jantung yang stabil, sedikit gerakan jari, atau bahkan pembukaan mata yang sekilas, semua disambut dengan rasa syukur yang mendalam. Momen-momen ini adalah validasi dari semua doa yang telah dipanjatkan.

Tiga hari kemudian, Bapak Ridwan sadar. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah sembab istrinya yang tersenyum lega. Ia tak bisa bicara, namun ia merasakan kedamaian yang luar biasa. Ia yakin, yang membuatnya bertahan bukanlah semata-mata alat medis, melainkan alunan doa yang tak pernah putus, menjaganya di batas antara dunia nyata dan keheningan.

Kisah di rumah sakit ini mengajarkan satu hal: ilmu medis menyembuhkan tubuh, namun iman dan doa menyembuhkan jiwa. Di tengah segala ketidakpastian, doa adalah sauh, pegangan, dan melodi paling indah yang mengiringi setiap napas, setiap harapan, dan setiap kesembuhan.